Jumat, 20 Desember 2013

Yang Berjasa, Yang Terlupakan (Bagian 3): Syekh Jalaluddin al-Kisa’i Sungai Landai, Agam.

Oleh: al-Faqir Apria Putra

Ulama-ulama yang kita tulis ini, meskipun tercatat dalam lembaran sejarah, namun sayang hanya segelintir kecil diantara kita yang mengenal, dan masih mengenang jasa beliau-beliau tersebut. Padahal, bila ditinjau dimasa-masa silam, ulama-ulama ini menjadi tumpuan ilmu pengetahuan Islam, selalu menjadi teladan. Meski mereka telah lama tiada, mereka tetap dipanuti, makamnya tetap diziarahi sebagai bentuk ta’zhim kepada ulama-ulama yang berjasa terhadap Islam di Minangkabau. Tulisan bersambung ini dilansir sebagai pengingat bagi kita, generasi penerus, untuk mengenal serta meneladani, hingga mempererat tali rohani dengan ulama-ulama Minangkabau di masa yang lampau itu.

Syekh Jalaluddin Sungai Landai ialah salah seorang ulama besar Luak Agam. Ia hidup pada paruh kedua abad 19 hingga awal abad 20. Mengenai riwayat intelektualnya belum diketahui dengan pasti, namun ia mempunyai peran signifikan dalam jaringan ulama Minangkabau pada periode tersebut. Laqab (gelar) al-Kisa’i dibelakang namanya memberikan indikasi bahwa beliau ialah salah seorang yang ‘alim dalam ilmu al-Qur’an dan juga seorang hafizh. Al-Kisa’i adalah laqab seorang ulama ahli Qira’at yang masyhur. Gelar yang sama juga dimiliki oleh datuk Buya Hamka sendiri, yaitu Syekh Amarullah Tuanku Kisa’i, yang hafal al-Qur’an.

Di antara peran Syekh Sungai Landai ini ialah menjadi “adviseur” dari perkumpulan “Ittihad Ulama Sumatera”, sebuah wadah persatuan ulama-ulama Minangkabau di awal abad 20. Di dalam Majalah al-Mizan, Th. 1916 No. 25 (terbitan Syarikat al-Ihsan, Maninjau) disebutkan susunan kepengurusan Ittihad Ulama Sumatera 1916, bahwa Syekh Sungai Landai bersama dengan ulama-ulama lain seumpama Syekh Bayang Padang, Syekh Khatib ‘Ali Padang, Syekh Abdul Manaf Lantai Batu, Syekh Abdullah Halaban, Syekh Muhammad Jamil Pariaman, Syekh Sutan Ibrahim Parabek dan Syekh Sutan Banten Bukittinggi bersama-sama memajukan perkumpulan Ittihad Ulama Sumatera tersebut. Dalam daftar pengurus itu disebutkan nama Syekh Sutan Kisa’i Sungai Landai.

Salah seorang murid Syekh Jalaluddin yang dapat diketahui ialah Syekh Ibrahim Musa Parabek (1882-1963), ulama besar pendiri Perguruan Thawalib Parabek.

Kitab Karangan Syekh Sungai Landai


Satu diantara karya Syekh Sungai Landai ialah sebuah risalah mengenai Rukun Islam dan Rukun Iman, berjudul “Risalah Rukun Syarat Sembahayang dan Rukun Iman serta dengan Akidah Iman.” Karya ini, sebagai yang tertera pada judul, berisi tentang hal ihwal Rukun Islam yang mencakup kewajiban syari’at, yaitu perkara bersuci, shalat, zakat dan haji. Pembahasan syari’at ini kemudian dilanjutkan dengan pembahasan tentang Akidah Iman, yaitu mengenai sifat-sifat yang wajib bagi Allah yaitu sifat 20. pembahasan dalam term akidah ini cukup runtun yang agak terperinci.

Satu kutipan dari karya ini, yang menjabarkan tentang mustahilnya istilah Duur dan Tasasul dalam ilmu Tauhid sebagai berikut:
Bermula makna berlingkar-lingkar [duur. Pen] yaitu berganti-ganti seperti bertiga atau berempat atau lebih, dan berganti-ganti semuanya mengadakan dirinya dengan berlingkar-lingkar maka yaitu mustahil karena jadi daripada demikian itu orang yang kemudian menjadikan akan orang yang dahulu daripadanya.


Foto: Risalah Rukun Syarat Sembahyang karya Syekh Jalaluddin Sungai Landai

Cetakan ketiga karya ini dicetak atas nafkah HMS. Sulaiman. Dicetak pada Mathba’ah Islamiyah Fort de Kock, tanpa menyertakan tahun.

Mesjid dan Makam Syekh Sungai Landai

Mesjid Syekh Jalaluddin Sungai Landai terletak diketinggian, di kaki Gunung Singgalang yang cukup asri. Mesjid itu telah dipugar dengan gaya modern. Sedangkan makam Syekh Sungai Landai tak jauh dari Mesjid ini. Pada makam itu terdapat inskripsi yang sudah memudar oleh masa.


Foto: Mesjid Syekh Jalaluddin Sungai Landai, Agam.


Foto: Makam Syekh Jalaluddin Sungai Landai

Al-Fatihah...

Al-Faqir al-Haqir Apria Putra.