Kamis, 13 November 2014

Senandung Negeri Seribu Shalawat: Dala’il Khairat di Minangkabau dari Masa ke Masa


Oleh: al-Haqir Apria Putra Engku Mudo Khalis

            Shalawat merupakan salah satu amal yang diperintahkan kepada setiap muslim. bershalawat ialah ‘alamat cinta kepada Rasulullah, junjungan alam. Ulama-ulama yang shaleh, sejak permulaan Islam menjadikan shalawat sebagai rutinitas, wirid harian. Hal ini membuat seorang ulama besar di Maghrib, yang digelari dengan Qutub Da’irah al-Muhaqqiqin dan Sayyidul ‘Arifin, yaitu Sayyid Abu Abdillah Muhammad bin Sulaiman al-Jazuli menghimpun lafaz-lafaz shalawat yang diamalkan oleh para ulama dari zaman salafus shaleh. Shalawat-shalawat yang yang dihimpun itu adakalanya ma’tsur dari Rasulullah, dan adakalanya merupakan susunan para shalihin sendiri. Kitab himpunan shalawat itu diberi judul dengan Dala’ilul Khairat wa Syawariqul Anwar (Penunjuk kepada kebaikan dan sumber cahaya). Kitab ini, sejak disusun, menjadi kitab shalawat paling masyhur di dunia Islam, di Timur dan Barat, bahkan sampai ke Timur Jauh, yaitu Asia Tenggara. Salah seorang peneliti Belanda, yang konsen dalam penelitian ilustrasi Kitab Dala’il Khairat, menyebutkan bahwa salinan kitab Dala’il Khairat merupakan paling banyak di dunia, setelah al-Qur’an al-Karim. Hal ini menunjukkan bahwa Dala’il Khairat sangat populer di mana-mana negeri. Kemanapun kita pergi, di sana mesti ada Dala’il Khairat barang satu buah.